Modifikasi Helm Bekas dengan Batok Kelapa


Purwokerto - Limbah helm yang sudah rusak dan tidak terpakai ternyata dapat dimodifikasi menjadi helm yang layak pakai, kuat dan tak kalah dengan helm-helm baru yang dijual di pasaran. Seperti hasil modifikasi helm bekas menggunakan tempurung kelapa atau batok kelapa yang di buat oleh Kartam,(30) bersama sekelompok pemuda di Desa Sokawera, Kecamatan Somagede, Banyumas, Jawa Tengah yang memanfaatkan limbah helm bekas menjadi helm yang unik dan mempunyai nilai seni tersendiri.

Ide kreatif untuk memodifikasi helm tersebut muncul setelah dirinya melihat helm bekas yang sudah tidak terpakai namun masih dapat digunakan. Berbekal ilmu yang didapatnya dari pelatihan di Jogjakarta dirinya pun langsung berinofasi untuk membuat karya yang dihasilkan dari limbah tempurung kelapa yang sebagian besar masyarakat masih memandang remeh.

Untuk membuatnya, Kartam hanya perlu mencari helm bekas yang sudah tidak terpakai untuk dimodifikasi, setelah helm di amplas, helm tersebut kemudian di dilapisi dengan lem kayu, kemudian batok kelapa yang sudah di pecah kecil-kecil di tempel pada permukaan helm tersebut. Kemudian kembali dihaluskan lalu di lapisi dempul setelah difinising dan kembali di haluskan. Biasanya satu helm dari batok kelapa bisa diselesaikan Kartam selama dua hari, hal tersebut agar helm yang dihasilkan benar-benar kuat.

"Helm ini saya ambil dari limbah yang sudah tidak terpakai, kemudian dimodifikasi hingga menjadi helm yang unik dan mempunyai nilai seni serta kekuatannya tidak kalah dengan helm yang berstandar nasional," kata Kartam yang sudah menggeluti ide kreatifnya ini sejak sembilan bulan lalu kepada wartawan, Sabtu ( 22/6/2013).

Selain membuat helm yang dilapisi tempurung kelapa yang dihargainya Rp. 200- 300 ribu, Kartam yang juga dibantu oleh sekelompok pemuda di desanya dalam kegiatannya tersebut juga membuat kerajinan lainnya yang semuanya terbuat dari limbah bathok kelapa seperti meja, gelas, lemek gelas, baki, tempat pensil, kap lampu semut dari bathok, tempat tisu, tempat permen, tempat pakan unggas, teko.

"Hasil perama saya berbentuk tempat pakan unggas, dalam sebulan dapat memproduksi sekitar 15 ribu buah, sekarang saya terus berinofasi untuk membuat karya lainnya yang mempunyai nilai seni dan mempunyai manfaat secara ekonomis," ujar kartam yang saat ini dibantu oleh empat orang pemuda di desanya dalam memproduksi kerajinan bathok.

Menurut dia, berbagai macam bentuk kerajinan dari batok kelapa yang dibuatnya tersebut dihargai mlai dari harga Rp. 5 ribu hingga Rp. 1 juta. Saat ini hasil kerajinannya sudah terjual hingga ke Jakarta, Bandung, Kudus, Bali beberapa daerah di Jawa Tengah. Sementara untuk memasarkan produknya, dia lebih memilih mengikuti pameran-pameran di sejumlah kota.

"Saat ini paling kita masih sering ikut pameran-pameran sama nyebar brosur-brosur," ungkapnya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Upacara Adat Istiadat dan Pernikahan Masyarakat Minahasa

Karakteristik Pengembangan Organisasi

Siklus Perputaran Uang di Indonesia